Senin, 07 Desember 2020

 

 

PROFESI #TEMAN MINI DI INDONESIA 

 

Biasanya  orang-orang yang memiliki tubuh mini dianggap sebagai orang yang sangat lekat dengan hal-hal yang berbau lucu, lawak,  dan tubuhnya dianggap sebagai produk /objek entertainment (hiburan). 

 

Nih buat kamu yang belum tahu tentang profesi-profesi orang-orang bertubuh mini yang berprofesi luar biasa ini jarang diekspos oleh media. Bahkan jarang terdengar di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat kita terbiasa mengkonsumsi produk-produk entertainment yang biasa mereka lihat di televisi. Sehingga banyak masyarakat kita tidak mengetahui banyak atau mengenal profesi lain orang-orang bertubuh mini.  Nah, pada tulisan di blog saya ini semoga membantu untuk memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam  orang-orang bertubuh mini.

 

Berikut ini beberapa #TemanMini  yang telah bekerja di lembaga pemerintahan  maupun di masyarakat:

 

1. Miftahun Naufa, M.Sn - Dosen & Ketua Jurusan  (Aceh)


Miftahun Naufa, M.Sn, lahir di Balingka, 13 Maret 1984. Pendidikan S1 dan S2-nya ditempuh di ISI Padangpanjang. Sejak 2015 menjadi dosen sekaligus Ketua Prodi Kriya Seni di ISBI Aceh. Tinggal di Gampong Jantho Makmur, Kota Jantho, Kab. Aceh Besar. Alamat korespodensi: if.sungailandia@gmail.com

Perempuan bertubuh mungil ini, lahir dari seorang ayah bernama alm. Nawazir Djamarin dan alm. Ibu Fatimah. Ayahnya  seorang pegawai dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Memiliki tiga orang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan.


"Aku adalah seorang pribadi yang tertutup, pemalu dan cukup minder dengan kondisiku yang terlahir tidak sama dengan orang lain. Walau begitu, aku merasa tidak banyak mengalami kesulitan baik dalam berteman maupun pendidikan. Selama kesulitanku masih bisa diatasi dan ada jalan keluarnya bagiku tidak menjadi masalah." 

“Aku ingin dikenal dari ilmu dan prestasiku dalam dunia seni dan pendidikan, bukan karena kondisi tubuhku. Aku akan bahagia ketika orang-orang menyukaiku bukan karena kasihan melihat kondisiku, akan tetapi memang senang mengenal karena hal positif yang ada pada diriku. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku yakin bahwa setiap orang unik dan istimewa tidak memandang bagaimana bentuk fisiknya.”


Sekolah setinggi-tingginya, Meskipun mempunyai Tubuh Kecil

"Tahun 2004 aku mengawali kuliah mengambil Jurusan Seni Kriya di STSI Padangpanjang. Masa-masa kuliah lancar kulalui dengan nilai yang baik. Seni membuatku merasa bisa mengekspresikan diri sendiri dan lebih percaya diri sehingga aku lebih santai menghadapi perkuliahan. Aku sangat beruntung, selama kuliah  mendapatkan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi. Dengan uang dari beasiswa, aku membiayai kuliah sendiri. Sehingga aku bisa meringankan beban keluarga. Tahun 2009 aku lulus. Setelah lulus berusaha mencari pekerjaan. Tapi tak satupun yang menerima ijazah kesarjanaanku. Jenuh dan bosan."

 "Tahun 2012 aku resmi menjadi mahasiswa baru di kampus Pasca Sarjana ISI Padangpanjang. Akhirnya dengan usaha mati-matian aku menyelesaikan tugasku dan dinyatakan lulus pada tahun 2015 dengan nilai yang sangat memuaskan.  Dan setelah itu aku langsung diterima menjadi dosen di sebuah sekolah seni baru di Aceh menjadi seorang dosen seperti yang dicita-citakan ayahku. "

"Tahun 2018, aku mengikuti tes CPNS dan tahun 2019 aku dinyatakan lolos dan diterima menjadi PNS. Alhamdulillah, cita-cita ayahku terkabul. Sekarang ini hari-hariku sangat sibuk dan aku menikmatinya.

* Baca kisah lengkapnya di buku : Aku Perempuan Unik

 

2. Inung Setyami -  Dosen (Kalimantan Utara)

                                                     

Inung Setyami seorang dosen dan penulis berasal dari Kulon Progo, Yogyakarta. Pendidikan formalnya ditempuh  di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta (S1) dan Jurusan Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (S2) dan saat ini sedang menempuh S3 pada Program Ilmu Ilmu Humaniora, Fakultas Ilmu Budaya, UGM.

Bukunya yang telah terbit adalah kumpulan cerpen Kolak (Garudhawaca, 2012), kumpulan cerpen Bayang-Bayang (Garudhawaca, 2013), Buku Bahasa Indonesia (Imperium, 2014), Mereka Menggugat (Visimedia, 2014), Repertoire Ronggeng Dukuh Paruk (UGM Press, 2015), bunga rampai cerita lisan Tidung Kalimantan Utara (Pustaka Abadi, 2017), Kritik Sastra (Pustaka Abadi, 2018) dan Keterampilan Berbahasa (proses).



Alamat saat ini, Jl Kusuma Bangsa, Gunung Lingkas, Tarakan Kalimantan Utara.
Alamat korespondensi: inung.setyami@yahoo.com


Aku menyelesaikan studi S1-ku tanpa kendala. Studi S1-ku dapat kuselesaikan dalam waktu 4 tahun 5 bulan. Ketertarikanku di bidang sastra mendorongku untuk melanjutkan ke pendidikan jenjang S2. Aku masuk Jurusan Ilmu Sastra, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, di Universitas Gadjah Mada (UGM). Di UGM aku menemukan dosen yang luar biasa dan menjadi idola serta kukagumi yaitu Prof. Dr. Faruk. Beliau sangat ramah dan rendah hati, memberiku ruang untuk diskusi tentang teori kesusastraan. Aku sangat beruntung bisa mengenal dosen yang luar biasa seperti beliau.

Pendidikan S2 dapat kuselesaikan selama 1 tahun 7 bulan. Setelah wisuda aku melamar kerja menjadi dosen di beberapa kampus baik di Jogja maupun di luar Jogja. Beberapa kampus memanggilku untuk tes dan interview, tapi ada satu yang kupilih, yaitu yang paling jauh. Aku ingin mencoba hal-hal yang lebih menantang. Begitu yang ada dalam pikiranku waktu itu.  Kemudian, aku menjadi dosen tetap di Universitas Borneo Tarakan hingga kini. 


"Saat pertama kali menjadi dosen, pernah juga aku mengalami diskriminasi sesaat. Beberapa temanku (dosen senior) ada yang meragukan kemampuanku mengajar. Ada yang kasak-kusuk dibelakangku. Tapi aku pura-pura tak tahu dan tidak terlalu menghiraukannya. Tugasku hanya satu, mengajar sebaik mungkin sesuai tanggung jawabku."


         "Akhirnya, seiring berjalannya waktu, aku bisa membuktikan bahwa, meskipun tubuhku kecil, aku tidak terkendala dan mampu melaksanakan kewajiban mengajar di kelas dengan baik. Seiring bejalannya waktu, kasak-kusuk itu tidak ada lagi. Semua baik-baik saja. Aku mampu dan diterima oleh teman-teman dosen yang lain. Kami berteman dengan manis. "      


Dengan tubuh kecil yang berbeda, maka sebenarnya aku sedang belajar tentang hal-hal besar. Belajar sabar ketika dihina dan dicaci. Belajar ada ketika dianggap tak ada. Belajar bisa ketika orang lain menganggap tak bisa. Dan belajar yang terberat, pada akhirnya belajar ikhlas untuk menerima kekurangan diri dan menyadari bahwa inilah anugerah Tuhan yang begitu indah untuk disyukuri(Baca kisah selengkapnya di buku : Aku Perempuan Unik)


3. Lucky Novita - Guru (Lumajang)

 

 
Tri Lucky Novita Sari, lahir di Blitar, 13 Mei 1993. Pendidikan terakhirnya adalah S1 Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. Berbagai lakon teater telah ia mainkan. Selain menjadi aktris teater ia juga menulis beberapa karya naskah Gang Kehidupan (2014), Katresnan Kresna (2015), Padepokan Cinta, Indonesia Berkabung (2015) Selak (2016), Aku Saja (2018). Selain itu ia pernah menjadi guru pembina teater di beberapa sekolah di Blitar. Ia pun aktif dalam kegiatan seni tradiri di rumahnya mendirikan sanggar Karya Turangga Mudha dengan menggerakan anak muda untuk mencintai tradisi. Setelah disahkan menjadi seorang ASN, kini aktivitasnya  mengajar di MTsN 1 Lumajang Jawa Timur. 

 

Alamat tinggal  Blitar Jawa Timur. Alamat korespondensi: luckynov1993@gmail.com

Minggu, 12 Januari 2020




PENTAS TEATER PEMAINNYA MINI DAN PAKE BAHASA JAWA
Emang bisa??





K.A.H.A.N.A.N merupakan karya kedua yang digagas oleh Nanik Indarti setelah  karya pertama: Sepatu Yang Sama,Kisah Jiwa dan Angka yang dipentaskan pada tahun lalu.  KAHANAN merupakan cerita yang dikemas dalam bentuk pertunjukan teater tradisi ‘kethoprak kerakyatan’ yang mengangkat isu-isu disabilitas seperti isu pendidikan, isu gender bagi laki-laki, isu pernikahan yang dialami oleh orang-orang bertubuh mini penyandang achondroplasia dari berbagai daerah di Indonesia.

Nanik Indarti , mengajak Dhasy SWAS untuk menterjemahkan ide-idenya ke dalam bahasa tulisan : yang kemudian menjadi  teks naskah. Pertunjukan ini sebagai usaha untuk melawan diskriminasi dan untuk mendorong penyandang achondroplasia lainnya untuk lebih berdaya. Seni menjadi cara yang ‘luwes’ untuk membicarakan persoalan-persoalan  tersebut.
 Para pemain : 
1. Aisah
2. Doddy Micro
3. Didik Saputro
4.Joanna Dyah
5. Nanik Indarti
6. Ninit Ungu
7. Nunung Deni Puspitasari
8. Markeye
9. Mathori Brilyan
10.Maulana
11.  Rina Wijayanti
12.  Vely Hilda Elmaningtiyas