Tentang Pertunjukan : SEPATU YANG SAMA
Di Indonesia, stigma masyarakat terhadap orang-orang bertubuh mini penyandang Achondroplasia dan disabilitas sangat buruk. Orang-orang yang memiliki ukuran tubuh mini sering mendapatkan perlakuan kurang baik di masyarakat. Mengalami diskriminasi, bully, eksploitasi dan menyebabkan minder dan kehilangan kepercayaan diri. Banyak yang tidak mengeyam pendidikan tinggi karena di sekolah mereka sering mendapatkan pelecehan verbal. Akhirnya mereka tidak memiliki pekerjaan karena tidak berpendidikan dan tubuhnya dianggap cacat.
SEPATU mengingatkan kita pada
sebuah benda dengan ukuran tertentu yang menemani kita dalam sebuah perjalanan. Saat menggunakan
sepatu ukuran menjadi hal penting untuk bisa menemukan kenyamanan. Kesempurnaan
sebuah sepatu adalah pada ukuran yang pas bagi penggunanya. Sama halnya dengan
manusia yang juga tak lepas dari ukuran-ukuran untuk bisa menjalani hidupnya
dengan baik. Tapi bagaimana kalau ukuran tersebut tidak lagi disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing personal. Melainkan disepakati oleh pihak tertentu
(untuk menjadi sama atau sesuai) dengan lainnya. Sehingga muncul kata
‘sempurna’ dan ‘tidak sempurna’. Sepatu yang sama hendak mengangkat perjalanan
hidup manusia yang dianggap tidak sempurna karena ukuran tubuh yang mereka
miliki. Bagaimana ukuran-ukuran ini meniadakan diri mereka sebagai individu dan
menghilangkan kesempatan mereka untuk meraih impian. Namun, seperti halnya
sepatu. Berapapun ukurannya, mereka tetap bangkit menjejakkan kaki dan
memperjuangkan diri mereka sebagai manusia.
Membuktikan bahwa kesempurnaan bukan pada ‘ukuran’ yang disepakati
bersama, melainkan pada masing-masing jiwa yang menjalaninya. Pertunjukan ini
merupakan pertunjukan teater dokumenter dari berbagai interdisiplin seni yang mengkolaborasikan seni teater, puppet,
batik shadow, musik dan multimedia.
Video ini adalah hasil latihan tanpa bertemu dan bertatap muka selama kurang lebih 10 bulan. Kami hanya memiliki waktu tiga hari untuk saling kenal, saling sapa, saling mendengar sampai akhirnya bertemu dalam satu panggung untuk yang pertama kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar